Dampak Positif dan Dampak Negatif Bahasa Alay



      Jaman sekarang atau biasa kita sebut dengan era modern, banyak sekali kita temui sesuatu yang baru yang terus berkembang. Sesuatu yang baru itu bisa jadi baik atau buruk. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang bahasa yang sedang marak dan utamanya dipakai oleh kaum muda. Bahasa nasional? Bukan. Bahasa daerah? Bukan. Bahasa asing? Mungkin. Tapi bahasa ini jarang ada yang mengerti dan tidak ada kamus yang mengedarkan terjemahannya. Yap. Bahasa Alay.  Menurut  id.wikipedia.org, Bahasa Alay digunakan pertama kali di jejaring social Friendster pada tahun 2005. Alay adalah bahasa tidak resmi yang hanya digunakan di Indonesia. Alay merupakan bahasa yang mempunyai struktur kata dari Bahasa Indonesia dengan sedikit perbedaan penulisan dengan menggunakan huruf vokal pengucapan dengan bentuk gabungan huruf dan angka. Alay sendiri tidak memiliki arti kata secara jelas dan artinya tidak tercantum di kamus besar manapun. Alay sering diartikan ‘Anak Layangan’ atau anak kurang mampu/miskin.  Bahasa Alay memiliki dampak positif dan negatif sebagai berikut :
Dampak positif
1.       Memudahkan dalam berkomunikasi. Bahasa Alay biasanya merupakan singkatan atau anonym. Seperti : Bispak yang merupakan singkatan dari bisa pakai.
2.       Menghemat karakter di twitter yang hanya mencakup 140 karakter.
3.       Menjadi bahasa tersendiri untuk kaum muda agar tidak diketahui orang tua, biasanya untuk membicarakan rahasia.
4.       Ekspresi lebih bebas.
Dampak negatif
1.       Transformasi kata terlalu berlebihan sehingga bisa merusak kaidah Bahasa Indonesia.
2.       Melunturkan rasa nasionalisme.
3.       Menyelewengkan nama Tuhan dan juga istilah-istilah agama. Seperti : Ya Allah menjadi yaowoh,dsb.
4.       Menghina banyak orang, dengan ditemukannya banyak istilah baru semakin banyak kosakata buruk yang menyakiti orang.
5.       Tidak sopan dan santun.
6.       Menganggu siapapun yang melihat, membaca, atau mendengar karena tidak semua orang mengerti dan paham maksudnya.

       Bahasa alay menurut banyak orang di Indonesia merusak EYD dan struktur Bahasa Indonesia sehingga membuat orang-orang kesusahan dalam mengucapkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apabila kita membiasakan berbahasa alay kosakata bahasa nasional kita akan semakin berkurang. Nah, bisa kita bayangkan jika kita menggunakan bahasa alay dalam 140 karakter di tweet kita, berarti kita menghilangkan kurang lebih sekitar 20-30 kata Bahasa Indonesia dalam tweet kita. Apabila dikalikan dengan 1 hari yang misalnya kita tweeting hingga 10 tweets sudah 200-300 kata Bahasa Indonesia yang sudah kita hilangkan. Coba kalikan saja dengan total tweet kita dalam satu minggu, seandainya bisa diuangkan pasti sudah bisa beli rumah. Hehe.
Dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar bisa menambah semangat dan rasa nasionalisme kita. Bisa kita lihat banyaknya dampak negative daripada dampak positif berbahasa alay.
Akan tetapi berbahasa alay tidak dilarang, guys. Berbahasa alay itu boleh tetapi tentu segala sesuatunya memiliki batasan. Berbahasa alay tetapi jangan sampai menghilangkan budaya bahasa Indonesia.

Sumber :

Google.com
id.wikipedia.org
pengetahuanku.wikidot.com
teman-teman sekolah







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kakakku yang no. 2.

Aku Ingin jadi kupu-kupu

"Pajamas Party" (hanya fiktif belaka! REKAYASA)