Hafizh membuka matanya. Dia membuka jendela kamarnya yang besar dan dibuat
dengan kaca impor, tetapi laki-laki itu terlihat tidak peduli dengan
pemandangan atau barang-barang mewah yang menghiasi kamarnya (yang pagi ini bertambah banyak), dia punya
perhatian terhadap sesuatu yang lebih penting. Hafizh segera bangkit dengan
buru-buru untuk melaksanakan sholat subuh nya yang sangat terlambat. Hafizh
panik melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul enam kurang limabelas menit.
Hafizh menangis dalam sholatnya, meminta Allah untuk mengampuni hambaNya yang
lalai ini. Tadi malam, Hafizh lembur mengerjakan laporan rapat perusahaan
ayahnya, yang mana ayahnya menyuruh sekretaris beliau untuk digantikan Hafizh.
Hafizh sudah request dengan sopan kalau dia besok ada observasi di lab dan
harus bangun tahajud dan shubuh, sedangkan sekretaris ayah kan non islam. Ayah
Hafizh menyangkal, "Dulu ayah juga bisa kok ngerjain semua sendiri dan
tetep sholat tahajud dan subuh tergantung kita niat sholat atau enggak. Udahlah
Fizh dikerjain aja untuk pemanasan."
Hafizh mendengus di dalam hatinya. Nggak ada pemanasan saja Hafizh sudah
panas ini. Setelah selesai mengerjakan laporan Hafizh ketiduran dan kemudian
terbangun dengan kaget sekarang. Sekarang aja Hafizh masih ngantuk banget
karena dia tidur jam tiga pagi yang berarti sekarang baru tidur 3 jam. Tapi
nggak papa, dengan tekad yang kuat Hafizh melangkahkan kakinya untuk
bersiap-siap melaksanakan aktifitas seharian. Bismillah!!
.
.
Seharian ini Hafizh melakukan banyak sekali kegiatan, dari mulai observasi,
cari buku referensi, membantu pak sampah apartemen, dan nggak tau lagi...
Hafizh merebahkan dirinya di kasur. Menatap langit-langit. Kepalanya pusing.
Dalam hatinya dia berbisik, 'Hana, apa kabar? Saya rindu kamu, semoga Allah
mempertemukan kita di kesempatan dan waktu yang lebih baik..'
Kemudian gelap.
Komentar
Posting Komentar