Tentang Para pejuang pembawa keributan
Inilah kelasku. Kelas 6 yang terletak di ujung, di dekat toilet. Kami selalu mengeluh karena dari kelas, tercium semerbak pesing. Aku pun tidak tahan. Mau bagaimana lagi, memang kami sudah 'berjodoh' dengan toilet dan masalah-masalahnya. Dulu, saat kelas satu, kami harus menahan takut, karena toilet kami sepertinya 'angker'. Kelas dua kembali menghadapi masalah itu, dan kelas 3-5 semester 1 kami dilanda masalah susah ke toilet karena harus turun tangga (terlalu ribet). Dan kini biarpun gampang ke toilet, kami harus menerima ganjaran mencium bau pipis yang tak terkira baunya. Semua masalah itu ditambah lagi dengan menanggungg keonaran dari para laki-laki ingusan ini. Mereka akan menjadi 'musuh' anak perempuan jika membuat keonaran. Tetapi, mereka akan menjadi 'teman' jika memberi pertolongan. What?? Pertolongan? Ya, ya mereka tak akan rela memberi pertolongan kepada anak perempuan. Mereka hanya rela memberi pertolongan kepada 'sesama anak ingusan' (sesama anak laki-laki kls 6). Rela tidak rela, anak perempuan hanya bisa pasrah. Aku selalu menjerit bahagia jika ada anak laki-laki yang pindah. Itu berarti bebanku dan beban perempuan 'teraniaya' lainnya telah berkurang. Jadi, alhamdulillah. Walaupun begitu, jika ada satu anak rame yang pindah, itu akan membuat suasana sepi. Seperti Amino, walau dia rame tapi dia selalu membuat perut kami bergunjang setiap detik. Tapi, Ilham, yaa, aku ikhlaskan dia pergi jauh sampai ke Maldives sekalipun. Para guru akan dibuat jengkel dengan keonaran yang dibuat Ilham di kelas. MasyaAllah, jika aku memiliki saudara seperti dia, aku memilih pergi saja dari Bumi dan berlari ke Mars. Tapi, itu tidak usah aku lakukan. Karena tak ada saudaraku yang mempunyai sifat seperti Ilham. Kembali aku mengucap syukur, alhamdulillah.
Sebentar lagi, hanya tinggal selangkah lagi, kita akan melepaskan gelar SD. Biarpun pembawa keonaran itu tetap ada sampai kita lulus, aku tak akan menyesal. Seperti rasanya, mereka sudah menjadi 'bagian dari hidupku'. Karena apa? Karena aku telah terbiasa dibisingkan dengan segala keributan yang mereka buat. Aku hanya berpesan, tetaplah berjuang membawa keonaran, dan tetaplah berjuang mencuerkan suasana kaku, Sahabat!
Sebentar lagi, hanya tinggal selangkah lagi, kita akan melepaskan gelar SD. Biarpun pembawa keonaran itu tetap ada sampai kita lulus, aku tak akan menyesal. Seperti rasanya, mereka sudah menjadi 'bagian dari hidupku'. Karena apa? Karena aku telah terbiasa dibisingkan dengan segala keributan yang mereka buat. Aku hanya berpesan, tetaplah berjuang membawa keonaran, dan tetaplah berjuang mencuerkan suasana kaku, Sahabat!
Komentar
Posting Komentar