Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

(The cool) Home-based child

Artinya anak rumahan. Ya, anak rumahan. Betul sekali, anak rumahan. That is me. Banyak yang mencerca dan memaki sifat (ajaib)ku yang satu ini. Katanya, "Yaelah pin, di rumah mulu." "Aneh.." "Hah, kamu belum pernah kesini?" Kalau aku ngajak jalan, "Kamu tu sukanya cuma wacana.. Gak ada realisasi!" "Ya ampun kamu di asrama aja?" "Come on, ini holiday." IYA! Sangat aneh memang. Jaman sekarang nih bro, lagi ngetren anak-anak muda nongkrong di cafe, jalan-jalan ke mall, dan nge-trip ke tempat wisata alam atau naik gunung (dan upload foto di instagram). Tapi, anehnya, aku, lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada jalan-jalan. Bukan masalah gak punya uang (nggak punya juga sih..), ataupun karena jauh, ataupun karena gak punya pacar, ataupun gak punya teman. Alasannya simple. Ada teknologi (yang mana teknologi adalah surga dunia), malas, dan senang di rumah. Ketiga alasan itu sudah cukup untuk mewakili jawaban at

Perception summary 1

Lagi obsessed sama Daniel Pierce, lecturenya dan neurologi. 1. Ada peneliti di Stranford yang meneliti orang dan sampel nya pake anggur merah. Orang yang berfikir bahwa anggur itu harganya cuma 5 dollar, orbitofrontal tengahnya hanya sedikit sekali merespon penghargaan dan kesenangan, meskipun diri kita nggak sombong, our orbitofrontal did. -Daniel Pierce 2. 'Saat berhenti merokok dan memakai narkoba otak akan mencari zat itu, sama seperti ketika patah hati, ia akan mencari siapa yang mematahkannya.' -Daniel Pierce Jadi... galau bukan sepenuhnya salah manusianya ya? 3. Pernah dengar istilah otak ibu? Beberapa berpendapat bahwa seorang wanita akan menurun kemampuan otaknya setelah ia menjadi ibu dan melakukan tindakan tidak logis, tetapi penelitian membuktikan bahwa menjadi ibu malah membuat adanya peningkatan kognitif. Hipotalamus, amygdala dan korteks prefontal akan tumbuh (it means tambah besar) setelah menjadi ibu. Dan membuat seorang wanita menjadi lebih baik dalam men

Sent

Gambar
Teruntuk kakak-kakakku yang (tadinya) bisnis kafe. Aku punya beberapa saran, ku unggah ke blog karena mungkin apabila orang tahu dan mereka menyampaikannya padamu akan lebih mudah bagimu untuk mendengarkan. Tsah. Okay, so. Nowadays, aku banyak mengamati perkembangan orang di internet. Orang-orang di instagram  sekarang punya beberapa tuntutan soal makanan. Dan ada 3 tipe food photographer amatir di instagram : yang pertama, orang itu menilai dari segi rasa sehingga bentuknya tidak terlalu penting, karena ia amatir dan apatis ya jadinya nggak peduli hasil fotonya mau kayak gimana atau dia profesional jadi bisa membuat makanan biasa terlihat sexy.. yang kedua, dia tidak peduli rasanya, yang penting cute dan lucu untuk difoto dan yang ketiga dia peduli dua-duanya dan orang ini agaknya bakalan berani bayar mahal. Di instagram setelah aku lihat-lihat, tipe kedua dan ketiga jauh lebih banyak daripada tipe yang pertama. (Apalagi jika sasaran kafe nya anak muda, wez, beneran deh.) Dan... se

Bersiaplah

Kita hanya sedang mengulur waktu. Pada akhirnya hari itu akan datang, hari dimana kita harus pergi.  Yang bisa kita lakukan cuma mengulur waktu, pada akhirnya hari itu akan datang. Hari dimana kita harus pergi. Kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mengulur waktu. Pada akhirnya hari itu akan datang. Hari dimana kita harus pergi.  Kita tak bisa menghindar.  Pun memberhentikan waktu.  Bersiaplah. Sudah saatnya kita pergi.  Mencari masa depan. 

Innocent Killer

(Inspirasi dari lagu Mohammad Prananda ; Pengkhianat.) Tap. Tap. Tap. Langkah kaki menggema di koridor ruangan. Langkah hati-hati, waspada barangkali ada yang mengikutinya dari belakang. Kriek. Suara pintu terbuka. Masih hati-hati dan waspada. Barangkali di dalam ruangan ada seseorang yang berniat jahat padanya. "Za?" Jantung Zahir seolah mau lepas dari tempat seharusnya. Ternyata Anya yang memanggilnya. "Ada apa kamu mengendap-endap?" tanya Anya, sambil tertawa renyah. Zahir hanya geleng-geleng. Ekspresinya datar, seolah terancam. Seperti yang biasa Zahir lakukan ketika mengalami kontak dengan orang lain, ia hanya menggeleng kuat, lalu pergi sambil berlari. Zahira Ahsan sudah begitu sejak dua bulan yang lalu. Ia tidak sekolah, tidak keluar rumah, bahkan jarang sekali makan dan minum. Sikap itu mulai dilakukan Zahir sejak kakaknya, Zakka Ahsan, orang yang sangat ia cintai, meninggal karena dibunuh. Orangtuanya juga meninggal, saat usianya baru 6 tahun, kare

Mungkin

Mungkin aku bukan satu-satunya orang yang tidak suka keluar rumah dan jalan-jalan. Satu. Dari sedikit orang di dunia ini. Aku juga heran pada diriku sendiri, kenapa aku ini begitu kaku dan tidak suka bersenang-senang, menikmati alam dan Kuasa Tuhan yang begitu luas di luar sana. Mengapa aku ini hanya suka berada di ruangan kotak ditemani barang dan koneksi worldwide. Mengapa aku ini hanya suka duduk dan mengamati dunia lewat berita yang kuupdate dari media sosial, mengobrol dengan teman dari luar kota, dan membaca buku. Mengapa aku hanya suka berada di rumah atau di asrama. Banyak orang juga bertanya. "Kenapa kamu tidak jalan-jalan? Apa tidak bosan?" "Dunia ini luas..." (Ini yang tidak bisa kujawab, karena memang benar) "Kamu butuh bersenang-senang sedikit. Apa kamu nggak ingin?" Ya.. Aku juga tidak tahu. Aku juga heran. Coba sekarang kutanya. Katanya kamu lelah, mengapa setelah diberi istirahat, bukannya istirahat malah jalan-jalan? Malah

Life Begin

Banyak orang yang bilang, "hidup baru dimulai setelah kita keluar dari zona nyaman kita." Awalnya aku mengelak, bukannya walaupun di zona nyaman, kita tetap bernafas, bergerak, layaknya orang hidup? Memang begitu adanya, tapi aku pun merasa jika kita di rumah dan tidak banyak melakukan aktivitas rasanya seperti raga ini hidup saja, bernafas saja, bergerak saja, tapi kosong layaknya mayat hidup. Dan memang, zona nyaman bukanlah tempat yang cocok untuk belajar dan improvisasi bakat. Zona nyaman adalah tempat istirahat, bukan tempat untuk hidup sehari-hari. Mungkin karena alasan itu juga mamaku selalu menginginkan agar aku tetap di asrama. Asrama, limitnya siswa. Batasan, peraturan, manajemen waktu, dan kebutuhan yang membayang setiap hari dan mengikat tanpa henti, adalah jiwa dan ciri khas asrama. Asrama menjadi limit kami untuk 'bebas'. Bebas dalam artian lepas dari peraturan. Dalam hal ini, orangtua sangat terbantu agar mereka tidak usah repot mengurusi anaknya. Kar

perpustakaan

Aku suka sekali membaca buku. Oleh sebab itu sekarang aku sedang berada di perpustakaan kota di dekat sekolah. Ditemani secangkir kopi. Hari ini kebetulan sekolahku pulang lebih awal karena ada rapat mendadak. Ya, kau tau lah terkadang mereka hanya mengobrol tidak jelas, membahas hal-hal yang tidak penting, tetapi masalah yang sesungguhnya terjadi malah diabaikan. Aku tidak peduli, toh mereka adalah pengajar tidak berguna, they paid for doing nothing. Dan aku sudah terbiasa belajar semuanya sendiri. Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang sepi pengunjung. Dari hari ke hari, pengunjungnya semakin sedikit saja. Entah karena kondisi perpustakaan yang kurang baik, atau karena semakin menurunnya minat membaca pada homo sapiens di era ini. Ya, opsi kedua lebih masuk akal. Aku sendiri mungkin adalah satu-satunya anak muda yang lebih suka menghabiskan jam kosong belajar di perpustakaan daripada hangout bersama teman-teman. Dan sekarang aku sendiri. Oh tidak, ditemani secangkir kopi.  

Mubaligh Hijrah, Program Sekolah yang Rada Beresiko

Setiap tahun, sekolahku mengadakan program peluncuran siswi kelas 5 (kelas 11 SMA) ke daerah-daerah di DIY dan sebagian kecil Jawa Tengah untuk ya istilahnya membantu kegiatan ramadhan di daerah tsb, Mubaligh Hijrah namanya (disingkat : MH). Sayangnya banyak juga complain yang datang dari guru-gurunya sendiri. Iya, datang dari guru-guru! Katanya, siswi-siswi tidak sopan, hanya tidur-tiduran, tidak membantu. Nah, yang membuat bingung adalah mengapa hal itu tidak menjadi evaluasi program MH tahun berikutnya. Sekolahku terlalu ambisius mengirimkan siswi ke banyak daerah sehingga tidak jarang sekolah tidak memedulikan standar siswi yang akan diberangkatkan MH. Standar nya pun juga tidak jelas. Melalui sebuah diskusi kecil, temanku pernah mengatakan, 'Bagaimana jika standarnya ditentukan per daerah? Maksudnya adalah sekolah survey dulu ke daerahnya, anak 'tipe' apa yang dibutuhkan disana?' aku lalu menyetujuinya. Hal itu juga bisa menjadi saran untuk program ini. Yang aku

Dampak Positif dan Dampak Negatif Bahasa Alay

      Jaman sekarang atau biasa kita sebut dengan era modern, banyak sekali kita temui sesuatu yang baru yang terus berkembang. Sesuatu yang baru itu bisa jadi baik atau buruk. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang bahasa yang sedang marak dan utamanya dipakai oleh kaum muda. Bahasa nasional? Bukan. Bahasa daerah? Bukan. Bahasa asing? Mungkin. Tapi bahasa ini jarang ada yang mengerti dan tidak ada kamus yang mengedarkan terjemahannya. Yap. Bahasa Alay.   Menurut   id.wikipedia.org , Bahasa Alay digunakan pertama kali di jejaring social Friendster pada tahun 2005. Alay adalah bahasa tidak resmi yang hanya digunakan di Indonesia. Alay merupakan bahasa yang mempunyai struktur kata dari Bahasa Indonesia dengan sedikit perbedaan penulisan dengan menggunakan huruf vokal pengucapan dengan bentuk gabungan huruf dan angka. Alay sendiri tidak memiliki arti kata secara jelas dan artinya tidak tercantum di kamus besar manapun. Alay sering diartikan ‘Anak Layangan’ atau an