Postingan

Dialog Meja dan Kursi II

karena dialog meja dan kursi yang pertama hilang dan terlalu sentimentil, lahirlah yang kedua Si pemalas bermimpi, "aku ingin menciptakan mesin waktu" Matanya berbinar bahagia Meja dan kursi tertawa sampai ingin hidup "Bagaimana bisa si pemalas itu?" kata meja "Iya" kata kursi Mereka mengejek dan tertawa Ragu kalau si pemalas bisa Masa depan tiba Mesin waktu pun tercipta Tetapi meja dan kursi tak lagi bisa tertawa Karena mereka.. sudah dimusnahkan

Awal dan akhir

Kita sudah enam tahun bersama-sama, dan sekarang aku baru sadar, bahwa kita sangat dekat dengan perpisahan. Mungkin jarak kita nanti tidak jauh, masih berada di satu lingkup dan satu kota yang sama. Tetapi, perbedaannya adalah, kita tidak bisa lagi berbagi cerita yang sama, atau mungkin tawa dan atmosfer yang sama, seperti saat kita di asrama—yang tidak ada yang namanya barang pribadi. Kita tidak bisa lagi berbagi sabun yang sama, minum di satu tempat minum yang sama, saling mengingatkan untuk berangkat bimbel, dan hal-hal sepele lainnya. Tidak akan lagi terdengar cerita-cerita setelah liburan panjang. Tidak akan lagi ghosob-ghosob-an yang walaupun sangat salah sudah bisa menjadi hal yang lumrah. Hal itu bukan karena kita criminal, tetapi, karena kita (mencoba) saling memahami. Aku akan rindu kalian, walaupun aku terlihat apatis dengan segala bentuk acara angkatan, walaupun aku tidak tertarik. Itu semua bukan karena aku nggak suka sama kalian, aku cuma emang nggak suka

yasmin

I envy you Yasmin.  Totally. Yes, you are not the straight As in our class nor get the good scores on Accounting {in which i would die for}. You are not one among those beautiful girls in our school. You are not someone that going abroad. Or clever in many lessons. But I envy you. Because you know what you do. You love drawing. So you draw. You love journalistic. So you write. I dont even know. What. Am. I. Doing. In this big {but small compared to Jupiter} world. So Yasmin, stop being inferiority complex. You are good. Just realized that you are good enough to be anything you want. You just have to study a little bit more. Not just you, i mean, we have to study. we have to graduate bruh

millenials

Hari ini adalah hari dimana aku dan teman-temanku selama 6 tahun di sekolah dasar bertemu untuk pertama kalinya, setelah 6 tahun nggak bertatap muka sama sekali. Aku melihat mereka hanya sebatas di media sosial, bahkan yang nggak pernah ngesahre fotonya atau nggak punya akun medsos, aku nggak tahu sama sekali. Karena kami semua sudah disibukkan dengan urusan masing-masing..hmm. atau mungkin menganggap bahwa percakapan dengan teman yang sudah lama nggak ketemu itu nggak menarik banget. Agak kaget juga melihat teman-temanku (terutama laki-laki) yang jauh berbeda dari waktu SD dulu. Yaiyalah. Masa mau segitu-segitu aja. Yah, suasana reuni kali ini hening. Nggak begitu riuh dan ramai seperti reuni mamaku. Mungkin karena waktu 6 tahun itu bukan waktu yang lama? Ah tidak juga. Bagiku 6 tahun sudah 'waktunya' untuk kangen dan banyak cerita. Lalu kenapa? Kenapa kok bisa nggak ramai dan nggak banyak cerita yang mengudara saat reuni? Lihatlah, semua orang sibuk dengan telepon genggam

aku rindu kamu

                                                                Hafizh membuka matanya. Dia membuka jendela kamarnya yang besar dan dibuat dengan kaca impor, tetapi laki-laki itu terlihat tidak peduli dengan pemandangan atau barang-barang mewah yang menghiasi kamarnya (yang pagi ini bertambah banyak), dia punya perhatian terhadap sesuatu yang lebih penting. Hafizh segera bangkit dengan buru-buru untuk melaksanakan sholat subuh nya yang sangat terlambat. Hafizh panik melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul enam kurang limabelas menit. Hafizh menangis dalam sholatnya, meminta Allah untuk mengampuni hambaNya yang lalai ini. Tadi malam, Hafizh lembur mengerjakan laporan rapat perusahaan ayahnya, yang mana ayahnya menyuruh sekretaris beliau untuk digantikan Hafizh. Hafizh sudah request dengan sopan kalau dia besok ada observasi di lab dan harus bangun tahajud dan shubuh, sedangkan sekretaris ayah kan non islam. Ayah Hafizh menyangkal, "Dulu ayah juga bisa kok ngerjain semua

Korean Boys based on my perception

'Ih. Banci.' 'Ih apaan sih, goyang goyang gak jelas.' 'Kayak gitu kok disukain sih mbak? Apa yang kamu sukain dari mereka?' Mungkin itulah kata-kata yang keluar dari orang-orang terdekatku yang melihat ketertarikanku dengan boyband korea. Kenapa aku suka mereka? Nggak tahu, ketika denger musiknya aku langsung 'iya' aja gitu, ya kayak semua orang terhadap apa yang disukainya. Langsung klop dan langsung enak aja, nggak ngerti kenapa. Aku juga suka tampangnya, imut-imut, bersih (haha), ya pokoknya kelihatan artis korea itu well trained dan semua shownya itu bener-bener well prepared. Ya emang ada beberapa program mereka yang kelihatan banget nggak pentingnya, dan cuma buat cari duit (namanya juga otak bisnis), tapi mereka semua baik artis ataupun manajemennya, berusaha untuk memberikan yang terbaik (duit men duit). Buat cari duit mereka itu gak asal-asalan. Ada yang street casted tapi dicasting lagi waktu latihan, pokoknya edan banget. Mereka

(The cool) Home-based child

Artinya anak rumahan. Ya, anak rumahan. Betul sekali, anak rumahan. That is me. Banyak yang mencerca dan memaki sifat (ajaib)ku yang satu ini. Katanya, "Yaelah pin, di rumah mulu." "Aneh.." "Hah, kamu belum pernah kesini?" Kalau aku ngajak jalan, "Kamu tu sukanya cuma wacana.. Gak ada realisasi!" "Ya ampun kamu di asrama aja?" "Come on, ini holiday." IYA! Sangat aneh memang. Jaman sekarang nih bro, lagi ngetren anak-anak muda nongkrong di cafe, jalan-jalan ke mall, dan nge-trip ke tempat wisata alam atau naik gunung (dan upload foto di instagram). Tapi, anehnya, aku, lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada jalan-jalan. Bukan masalah gak punya uang (nggak punya juga sih..), ataupun karena jauh, ataupun karena gak punya pacar, ataupun gak punya teman. Alasannya simple. Ada teknologi (yang mana teknologi adalah surga dunia), malas, dan senang di rumah. Ketiga alasan itu sudah cukup untuk mewakili jawaban at