millenials

Hari ini adalah hari dimana aku dan teman-temanku selama 6 tahun di sekolah dasar bertemu untuk pertama kalinya, setelah 6 tahun nggak bertatap muka sama sekali. Aku melihat mereka hanya sebatas di media sosial, bahkan yang nggak pernah ngesahre fotonya atau nggak punya akun medsos, aku nggak tahu sama sekali. Karena kami semua sudah disibukkan dengan urusan masing-masing..hmm. atau mungkin menganggap bahwa percakapan dengan teman yang sudah lama nggak ketemu itu nggak menarik banget. Agak kaget juga melihat teman-temanku (terutama laki-laki) yang jauh berbeda dari waktu SD dulu. Yaiyalah. Masa mau segitu-segitu aja. Yah, suasana reuni kali ini hening. Nggak begitu riuh dan ramai seperti reuni mamaku. Mungkin karena waktu 6 tahun itu bukan waktu yang lama? Ah tidak juga. Bagiku 6 tahun sudah 'waktunya' untuk kangen dan banyak cerita.
Lalu kenapa?
Kenapa kok bisa nggak ramai dan nggak banyak cerita yang mengudara saat reuni?
Lihatlah, semua orang sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing. Nggak menyadari hadirnya orang yang selalu meramaikan grup WhatsApp di dunia yang nyata. Di tempat dimana cerita (seharusnya) bisa lebih seru, dan tawa lebih menggema. Mendekatkan yang jauh. Dan menjauhkan yang dekat. Benar juga. Nggak bisa dipungkiri betapa mereka asik dengan cerita masing-masing. Cerita yang tidak bisa dibagi, cerita yang hanya bisa ditertawakan dan dinikmati sendiri. Obrolan yang hanya dimengerti mereka sendiri.
Apakah itu rindu?
Rindu itu hanya sebuah kalimat semu. Kalimat yang hanya bisa diketikkan. Di sampaikan lewat emoticons hugs, disampaikan lewat quotes tentang pertemuan dan persahabatan, tapi tidak bisa direalisasikan.
Aku menyayangkan fakta mengerikan ini.
Aku rindu. Bukan rindu yang semu. Rindu betulan.
wondering : reuni SD yang belum terealisasi, semoga nggak kyk gini ya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabatku, Sahabat Online

kakakku yang pertama

Aku Ingin jadi kupu-kupu